Konsorsium Perdana 2020 "Teosofi sebagai Puncak Pemikiran Filsafat Islam Pasca Ibn Rusy"

Blog Single

Rabu/ 29 Januari 2020 bertempat di ruangan ka prodi berlangsung konsorsium Aqidah dan Filsafat Islam yang dibuka langusng oleh ketua Konsorsium Dr. Ulya, M.Ag dengan mengabil Judul Teosofi. naras sumber Dr. Fathul Mufid menyatakan bahwa latarbelakang munculnya judul tersebut ialah karena kebanyak literatur tentang filsafat hanya sampai pada Ibnu Rusy, sehingga akan memunculkan asumsi bahwa Ibnu adalah puncak dari Filsafat Islam. Pada wilayah yang lain, Imam al Ghazali memperkuat asumsi bahwa filsafat tidak relevan untuk hadir dalam kehidupan nyata, dan juga golongan Islam Sunni menjadi ikon baru dalam mempertajam  Pada kenyataannya, Filsafat Islam tumbuh dan perkembang hingga safawi, suhrawardi hikmatul isyraq, madzhab kedua, Mulla Sadra al Hikmah al Mutaaliyah madzhab ketiga.

Filsafat Islam berkembang setelah Ibnu Rusy yang berada di Persia. Filsafat Hikmah ini berkembang dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu filsafat dan sufistik. Oleh sebab itu, semakin filosofis seorang semakin kuat keberagamaan dan kedekatan dengan Allah, seperti Murtadla Muthahari, Ali Syariati. Dengan demikian, seorang harus memperkuat filsafat hikmah untuk menemukan ajaran agama yang hakiki. Dalam konteks pemikiran, para tokoh mempunyai corak pemikiran yang berbeda, seperti al Razi, al Kindi sehingga masing-masing tokoh harus diambil cara berpikir analisis, sistematis dan radikal. Adapun wacana mempunyai corak tekstaul-normatif, falsafi, mistis, teosofi, dan korespondensi.

Gabungan antara filsafat dan tasawuf akan memunculkan teosofis yaitu ilmu tidak hanya berpaku pada pemikiran, tetapi juga harus melibatkan dzuq atau hati untuk menemukan hakikat ilmu itu sendiri.

Adanya teosofi, untuk memadukan dua keilmuan yang saling mendikotomi keilmuan islam sehingga keduanya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Suhrawardi mengatakan bahwa teosofi ialah mempunyai dua karakter yang tidak dapat dihilangkan yaitu hikmah nazhariyah dan hikmah amaliayh. Adanya teosofi ialah menghilangkan sekat parepatetik yang hanya bertumpu pada rasio, begitu juga illumination yang bertumpu pada hati atau rasa. Peristiwa untuk melihat nur Ilahi tidak hanya dirasakan oleh para Nabi, tetapi juga terjadi pada para wali. Peristiwa ini terjadi pada manusia ketika dapat melihat orang lain dekat dengan Allah atau tidak.

Secara ontologi: iluminasi mengidentifikasi cahaya sebagai hakikat yang dibadingkan dengan kegelapan, hal ini berbeda dengan paripatetik yang menganggap hirarki wujud dengan intelek

Secara epistemologi: untuk mencapai puncak teosofi seorang harus mengasingkan diri, tidak memakan daging, dan berkonsentrasi untuk menerima Nur Ilahi. Hal ini sama dengan kerjaan sufistik dan asketik yang menerima ilham, intuitif dan penyingkapan diri. Kedua, menerima cahaya Tuhan memasuki wujud manusia, sehingga mendapatkan pengetahuan yang hakiki. Ketiga, mengkonstruksi pengetahuan intuitif yang valid dengan menggunakan analisis diskurisf yang diuji kebenarannya dengan analisis. Keempat, dokumentasi dalam bentuk tulisan dari pengatahuan yang diperoleh dari perjalanan riyadhah. Namun ada yang harus diperhatikan dalam berriyadah yaitu adanya jin fasiq yang akan selalu mengganggu perjalanan tersebut.

Salah satu perumus pandangan teosofi ialah Suhrawardi yang menyatukan aspek filsafat dan mistik yang meyakini kemungkinan pertemuanya dengan Tuhan yang hadir dalam kehidupan manusia.

Begitu juga dengan Mulla Sadra, pengetahuan seorang akan dikatan sah ketika menggabungkan antara, akal, dzuq dan syariat. Dengan demikian, pengetahuan akan kuat dari pelbagai aspek dan tidak dapat diingkari kebenarannya, karena sudah diperkuat dengan argumentasi logis. Aliran ini, tidak berpihak pada satu aliran dalam filsafat, karena sudah mengakomodi semua aliran filsafat Islam, dan aliran dalam Islam

Share this Post1: