Mendiskusikan Eksistensi Tuhan
Oleh: Erinadwi
Tuhan, kata tersebut tentulah tidak asing di telinga kita. Tapi masih banyak dari kita yang kesulitan dalam mendefinisikannya. Banyak sekali pandangan tentang definisi Tuhan oleh para tokoh-tokoh filsafat. Bahkan tidak jarang pandangan tersebut sangatlah sering bertentangan.
Misal saja dalam argumen penciptaan, Ibnu Rusdy berargumen bahwa hal-hal yang ditemukan di dunia, seperti hewan dan tumbuhan, memiliki bentuk dan struktur yang merupakan hasil penciptaan. Hal ini menunjukkan adanya Sang Pencipta yang merancangnya. Sementara itu, Sartre tidak percaya bahwa manusia diciptakan oleh image Tuhan atau oleh satu tujuan yang bersifat Ilahiah. Bila manusia diberi kebebasan penuh secara absolute sebagaimana jalan fikiran Sartre maka ia akan menjadi Tuhan bagi dirinya sendiri, tak perlu ada Tuhan yang membimbingnya,tak perlu ada batasan benar-salah, baik-buruk yang bersifat universal, tak perlu ada surga-neraka.
Lalu bagaimana sebenarnya definisi Tuhan itu? Seperti biasanya filsafat selalu memunculkan pertanyaan baru. Dan akan menjawabnya dengan pertanyaan baru pula. Namun untuk mengakhiri adanya pertanyaan-pertanyaan baru tersebut, dapat disimpulkan bahwa Tuhan adalah sesuatu yang tidak bisa dicapai dengan akal. Bukanlah Tuhan jika masih bisa dicapai dengan akal. Karena seperti manusia, hewan, dan tumbuhan. Mereka semua berkedudukan sebagai yang diciptakan. Sehingga mereka semua masih dapat dicapai dengan akal. Namun Tuhan di sini berkedudukan sebagai pencipta. Dimana posisinya sebagai Dzat Tertinggi. Sehingga tidak akan ada akal manusia yang akan dapat mencapainya. Sehingga hal itulah yang membuat-Nya layak untuk disebut Tuhan.