Praktik Profesi Aqidah dan Buka Bersama Masyarakat Pinggiran

Blog Single

Rabu ( 29/05/2019) Mahasiswa Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam (Prodi AFI) melaksanakan kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan, pada Mata Kuliah Praktik Profesi Aqidah. Kegiatan tersebut berlangsung mulai pukul 16.00-18.30 WIB dan di akhiri dengan buka puasa barsama dengan anak jalanan dan masyarakat Argopuro. Kegiatan yang dihadiri oleh 74 Mahasiswa yang terdiri dari 3 kelas AFI A,B dan C, juga di dampingi 3 Dosen yakni Irzum Farihah, S.Ag. M.Si. selaku KaProdi Aqidah dan Filsafat Islam, Moh. Muhtador S.Ud, M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah Praktik Profesi Aqidah serta di bantu dosen AFI juga yakni Nuskhan Abid, M.Pd. Kegiatan yang dilaksanakan di kawasan dusun Argopuro, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.
-
Menurut bapak Nuskhan Abid, M.Pd selaku dosen AFI mengatakan “ Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat dan positif, hal ini merupakan bentuk praktik dan penerapan toeri-teori yang sudah di pelajari mahasiswa di bangku kuliah dari mata kuliah Praktik Profesi Aqidah. Tidak hanya sekedar wacana akan tetapi terjun langsung ke sosial masyarakat.” Kata pak Nuskhan.
-
Kegiatan Praktik Profesi aqidah yang terlaksana di Argopuro ialah praktik alat peraga sebagai media pembelajaran dari karya mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam. Sebagai simulasinya di terapkan langsung kepada anak-anak jalanan di masyarakat Argopuro yang notabennya kekurangan sosok pengajar atau pendidik. Selain itu nantinya diharapkan mahasiswa AFI menjadi Agent of Cange/pelopor segi keilmuan ketika di dalam masyarakat, sehingga bisa menyelesaikan problem-problem di dalam masyarat.
-
Menurut bapak Moh. Muhtadhor. S.Ud. M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Praktik Profesi Aqidah mengatakan ” kegiatan ini merupakan salah satu gebrakan cara mahasiswa AFI menggali keimanan, dimana mahasiswa AFI mencoba mengimplementasikan rasa iman dalam bentuk puasa dengan masayarakat marginal (pinggiran) dalam kajian sosiologis, sehingga ini merupakan bentuk nilai ketuhanan sebagaimana rasa iman itu sebagai energi nilai sosial dan kemanusiaan.” Kata pak Muhtadhor.
-
Juga bermanfaat bagi mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam yang mempunyai 3 pilihan profesi yaitu
1. Menjadi seorang peneliti.
2. Menjadi seorang praktisi.
3. Menjadi seorang penyuluh.
Dari ketika profesi tersebut diharapkan mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam bisa menjadi salah satu profesi tersebut.

1. Menjadi seorang peneliti harus memiliki 3 sudut perfektif sebagai berikut
a) Penelitian sosial humaniora berhubungan dengan respon (baik dalam bentuk teks maupun konteks) , tindakan/perilaku manusia, baik secara individual maupun kelompok, yang berkaitan dengan berbagai macam bidang baik politik, ekonomi, sosial, hukum yang meliputi berbagai macam sektor. pendek kata semua penelitian yang berkaitan dengan tindakan dan perilaku manusia apaun ruangnya merupakan penelitian sosial humaniora.
b) Tujuan mengadakan penelitian untuk menemukan kebenaran dengan cara menjelaskan (hubungan kausalitas antar fakta) atau memahami (menginterpretasikan, mendiskripsikan atau menarasikan sesuatu yang tersembunyi dibalik fakta). baik penjelasan maupun pemahaman tidak bisa lepas dari dasar berfikir rasional. realitas empiris harus dapat dijelaskan secara rasional, sebaliknya cara berfikir rasional harus menemukan bukti empirisnya. persoalannya bagaimana berfikir rasional itu dan apa implikasinya terhadap teori dan metode penelitian ?.
c) Cara menemukan kebenaran dengan mengunakan metode. oleh sebab itu disebut metode penelitian. istilah metodologi lebih menunjuk pada perdebatan tengtang metode/teori tentang metode/ ilmu tentang metode (wilayah epistimologi), sedang metode lebih pada langkah atau cara menemukan kebenaran. jadi metode penelitian tidak ubahnya hanya sebagai alat (soft)

2. Menjadi seorang praktisi harus benar-benar mengenal dan mengetahui peta komunikasi, karena pada dasarnya seorang praktisi selain berhubungan dengan bisnis tentu saja istilah praktisi selalu berhubungan dengan masyarakat baik bertatap muka secara langsung maupun bersosial media.

3. Menjadi seorang penyuluh tentu tidaklah mudah, karena untuk menjadi seorang penyuluh harus benar-benar memahami problem permasalahan yg sedang terjadi. Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti “obor” atau “pelita” atau “yang memberi terang”. Dengan penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahandari yang tidak mau menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan. Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraanya. Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekadar diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi, penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” (behaviour) yang merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/pihak lain, baik secara langsung (berupa: ucapan, tindakan, bahasa-tubuh, dll) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerjanya). Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada “penyebar-luasan informasi/inovasi”, dan “memberikan penerangan”, tetapi merupakan proses yang dilakukan secara terus-menerus, sekuat-tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi “klien” penyuluhan”.
-
Dengan mengikuti kesempatan Praktik Profesi Aqidah dan Ta’jil langsung bersama masyarakat Argopuro kami Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam IAIN Kudus banyak belajar mengenai bagaimana memahami kondisi keadaan masyarakat sekitar hingga kami dapat bermasyarakat dengan baik dan mencari solusi permasalahan bersama-sama tidak hanya di wilayah warga sekitar kami saja akan tetapi untuk dapat bermasyarakat luas nantinya.

Share this Post1: